Monday, August 06, 2007

Laskar Pelangi




Tajuk : Laskar Pelangi

Pengarang: Andrea Hirata

Penerbit: PT Bentang Pustaka

Edisi September 2005

Sepintas lalu, kisah ini tampak biasa, kisah anak-anak di sekolah Muhammadiyah (semacam sekolah agama rakyat di Malaysia saya kira) di Pulau Belitong menuntut ilmu dalam keadaan serba kekurangan. Sepatutnya begitulah, kisah ini sepatutnya kisah biasa, namun jangkaan saya meleset amat. Saat-saat saya menguliti buku ini, saya bagai tercampak ke Pulau Belitong, sama-sama menuntut di Sekolah Muhammadiyah. Sama-sama merasakan hangatnya setiakawan para anggota Laskar Pelangi. Lintang yang genius, Mahar sang seniman, A Kiong yang setia, Sahara yang feminis, Trapani si tampan, Samson yang berlagak macho, Flo anak orang kaya aneh yang berdegil mahu bersekolah di Sekolah Muhammadiyah, Harun yang bodoh-bodoh alang namun luar biasa baik hati, Kuchai dan Syahdan yang sukar diramalkan, serta si Ikal sang pemimpi: yang mana dari perspektifnya kisah ini berputar. Lebih luar biasa, si Ikal ini sebenarnya adalah sang pengarang buku ini, Andrea Hirata sendiri. Ya, ini kisah benar, catatan Andrea Hirata tentang pengalamannya.

Pencerahan utama yang saya perolehi dari Laskar Pelangi ialah ketabahan dalam menangani kesusahan pembelajaran. Secara jujur, saya jadi malu dengan diri sendiri yang mudah saja mengalah apabila didatangi sedikit kesulitan dalam proses menuntut ilmu. Kisah si genius Lintang yang paling mengesankan: berbasikal 80 km setiap hari pergi balik sekolah, menempuhi perjalanan yang sukar (melalui kawasan paya-bakau dihuni buaya, ya.. buaya.. saya jumpa babi hutan tengah jalan hendak pergi mengaji Quran pun boleh berpatah balik), pulang dari sekolah mengambil upah jadi kuli kopra; lalu hanya saat semua penghuni rumah tidur, barulah Lintang mula menelaah menggunakan lampu minyak tanah. Saya tidak malu mengaku yang air mata saya menitik saat saya membaca perihal kesungguhan Lintang.

Namun, ada juga tikanya saya tertawa membaca buku ini. Banyak sekali kisah-kisah lucu ditambah pula gaya bahasa Andrea Hirata memberikan deskripsi yang sangat memukau dalam setiap proses penceritaannya. Sukar untuk saya percaya, sang pengarang tidak punya latar belakang sastera. Nah, bukankah itu satu lagi pencerahan: tiada yang mustahil jika kita mahu mencapai sesuatu, yang penting, lakukannya! (Ya, ida_zy, kali ini bertekadlah habiskan karangan tesis yang sudah berapa kali bertangguh, dan kejarlah impian mahu jadi penulis itu!)

Usai membaca buku ini, saya bagai dihambat untuk mengarang kisah hidup saya pula. Ternyata, kehidupan setiap manusia di atas muka bumi ini unik dan menarik. Hanya saja kita cuba untuk melihat sudut yang positif dalam setiap aspek takah-takah kehidupan yang kita tempuhi. Saya kuat sekali mencadangkan supaya buku ini dibaca untuk mengembalikan dan menjana semangat agar mampu mendepani sebarang halangan dan keraguan dalam mengejar impian dan cita-cita. Ya, jadilah sang pemimpi. Pemimpi yang tidak pernah putus asa!

p/s: *sigh* here comes another crush :->


2 comments:

Anonymous said...

Subhanallah, novel ini ada juga ya di Malaysia??
Detri belum pernah baca. Tapi novel ini sangat direkomendasikan karena memberi inspirasi dan membangun semangat juang.

ida_zy said...

ya, sekarang sedang membaca sambungannya: sang pemimpi :)
laskar pelangi ada dijual di malaysia tetapi telah diolah untuk disesuaikan dengan bahasa di sini
yang teh ida baca ini, teh ida pinjam daripada teman asal indonesia